JAKARTA, LPKAPNEWS - Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah
di Jakarta menerima kunjungan kehormatan dari Rektor Jamiah Al-Mustafa
Al-Alamiyah (JMIA), Ayatullah Prof. Dr. Ali Abbasi, Kamis, 6 November 2025.
Kunjungan ini menjadi momentum penting dalam memperkuat hubungan antara dua
institusi besar dunia Islam yang sama-sama berperan strategis dalam pendidikan
dan pengembangan peradaban Islam modern.
Dalam suasana penuh keakraban, Ayatullah Abbasi disambut
hangat oleh jajaran pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam dialog yang berlangsung,
beliau menyampaikan sejumlah poin penting terkait sejarah berdirinya Jamiah
Al-Mustafa, posisi istimewanya dalam sistem pendidikan Iran, serta peluang
kerja sama antara kedua lembaga dalam bidang akademik dan sosial keumatan.
Dalam penjelasannya, Ayatullah Abbasi menguraikan bahwa
Jamiah Al-Mustafa Al-Alamiyah didirikan setahun setelah kemenangan Revolusi
Islam Iran pada tahun 1979, atas instruksi langsung dari Pemimpin Revolusi,
Imam Ruhullah Khomeini. Tujuan awal pendirian lembaga ini adalah untuk
membentuk pusat pendidikan Islam internasional yang mampu menyebarkan
nilai-nilai keilmuan, moral, dan spiritualitas Islam ke seluruh dunia melalui
pendekatan akademik dan budaya.
Seiring perkembangan zaman, Jamiah Al-Mustafa resmi
bertransformasi menjadi universitas internasional atas instruksi Pemimpin
Tertinggi Republik Islam Iran saat ini, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei. Lembaga
ini menaungi puluhan ribu mahasiswa dari lebih 130 negara dan memiliki
cabang-cabang di berbagai kawasan dunia, termasuk Asia Tenggara, Afrika, Eropa,
dan Amerika Latin.
Posisi Jamiah Al-Mustafa sangat istimewa dalam sistem
pendidikan Iran karena rektornya diangkat langsung oleh Pemimpin Tertinggi. Hal
ini menandakan besarnya tanggung jawab lembaga tersebut dalam mewakili wajah
intelektual dan spiritual Republik Islam Iran di kancah global.
Dalam kesempatan tersebut, Ayatullah Abbasi menyampaikan
apresiasi mendalam kepada Muhammadiyah yang selama lebih dari satu abad telah
memainkan peran sentral dalam kebangkitan Islam di Indonesia. “Kami sangat
menghargai kiprah Muhammadiyah yang konsisten memadukan ajaran Islam dengan
pembangunan sosial dan pendidikan, serta visinya untuk menghidupkan kembali
peradaban Islam,” ujar beliau.
Ayatullah Abbasi juga menilai bahwa jargon Islam Berkemajuan yang diusung Muhammadiyah mencerminkan pandangan Islam yang dinamis, rasional, dan terbuka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Visi ini, menurutnya, sejalan dengan nilai-nilai yang dipegang oleh Jamiah Al-Mustafa.
Sebagai organisasi Islam modern yang berdiri sejak tahun
1912, Muhammadiyah memang dikenal luas di dunia Islam sebagai gerakan yang
mengedepankan amal nyata dalam bidang pendidikan dan sosial. Saat ini,
Muhammadiyah mengelola ribuan lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar
hingga perguruan tinggi, rumah sakit, panti asuhan, serta berbagai pusat
pelayanan masyarakat di seluruh Indonesia. Bagi banyak pengamat, keberhasilan
Muhammadiyah menunjukkan bahwa kebangkitan Islam di era modern tidak hanya
ditentukan oleh wacana keagamaan, tetapi juga oleh penguatan kelembagaan dan
etos kerja sosial.
Membangun Peradaban Islam Melalui Pendidikan
Dalam pertemuan tersebut, Ayatullah Abbasi menegaskan
bahwa Jamiah Al-Mustafa dan Muhammadiyah memiliki visi yang sama: membangun
kembali peradaban Islam melalui jalur pendidikan. Kedua lembaga sama-sama
meyakini bahwa pendidikan bukan hanya sarana transfer pengetahuan, tetapi juga
proses pembentukan manusia berkarakter, beriman, dan berdaya guna bagi
masyarakat global.
“Jamiah Al-Mustafa berkeyakinan bahwa pendidikan Islam
harus terus diperbaharui sesuai tuntutan zaman. Umat Islam harus mampu menjadi
bagian dari kemajuan dunia, dengan tetap memegang teguh warisan keilmuan para
ulama terdahulu,” ungkap Ayatullah Abbasi.
Beliau menambahkan, konsep Islam yang maju dan modern
bukan berarti meninggalkan tradisi, melainkan menjadikannya sebagai fondasi
moral dan spiritual dalam menghadapi tantangan modernitas. Dalam konteks itu,
Jamiah Al-Mustafa telah mengembangkan berbagai pendekatan pendidikan, mulai
dari studi klasik berbasis turats hingga riset kontemporer dalam bidang sosial,
politik, dan hubungan internasional, semua dengan semangat integrasi ilmu dan
nilai.
Di akhir pertemuan, Ayatullah Abbasi menyampaikan harapan agar kerja sama antara Jamiah Al-Mustafa dan Muhammadiyah dapat diperluas dalam berbagai bentuk. Beberapa di antaranya mencakup pertukaran dosen dan mahasiswa, penelitian bersama, dialog antarperadaban, hingga pengembangan kurikulum Islam kontemporer yang relevan bagi masyarakat Muslim dunia.
“Kami berharap kerja sama ini dapat menjadi jembatan ilmu
dan persaudaraan antara dua bangsa besar dunia Islam: Iran dan Indonesia,”
tutur Ayatullah Abbasi.
Pertemuan ini ditutup dengan pertukaran cenderamata dan
sesi foto bersama. Baik pihak Muhammadiyah maupun Jamiah Al-Mustafa sepakat
untuk melanjutkan komunikasi dalam rangka merumuskan program-program konkret
yang dapat memperkuat kolaborasi keilmuan dan kemanusiaan.
Kunjungan Ayatullah Abbasi ke kantor Pimpinan Pusat
Muhammadiyah ini bukan hanya menjadi simbol diplomasi pendidikan antar dua
lembaga Islam besar, tetapi juga menandai semangat baru kebersamaan dunia Islam
dalam membangun peradaban yang berakar pada ilmu, etika, dan kemajuan.
Sumber, SM
