LPKAPNEWS, YOGYAKARTA – Masjid
Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar khutbah Jumat (27/06)
yang diisi oleh Yusuf Hanafiah, anggota Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah DI Yogyakarta.
Dalam khutbahnya,
Yusuf mengajak jemaah untuk memanfaatkan momentum Tahun Baru Hijriah 1447 H
sebagai refleksi menuju kemajuan dan persatuan umat Islam. Ia kemudian secara
spesifik menyoroti pentingnya Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) yang baru
saja diluncurkan Muhammadiyah.
Mengawali khutbah,
Yusuf menyampaikan bahwa Tahun Baru Hijriah adalah kesempatan untuk menjadi
pribadi dan umat yang terus berkembang ke arah lebih baik. Ia mengutip Surah
Ali Imran ayat 103, yang menegaskan urgensi persatuan umat Islam.
“Allah memerintahkan
kita untuk berpegang teguh pada tali agama-Nya dan tidak bercerai-berai. Ayat
ini mengingatkan kita pada nikmat persaudaraan yang dulu menyatukan suku Aus
dan Khazraj, yang sebelumnya bermusuhan, melalui dakwah Rasulullah SAW,” ujarnya.
Yusuf menekankan tiga
pelajaran dari ayat tersebut: pentingnya persatuan, larangan perpecahan, dan
refleksi sejarah bagaimana Islam mampu menyatukan umat yang terpecah. Ia
menegaskan bahwa ukhuwah Islamiah harus menjadi prioritas umat Islam, salah
satunya melalui penyatuan sistem penanggalan.
Dalam konteks ini,
Yusuf memuji peluncuran KHGT oleh Muhammadiyah beberapa hari lalu. “Kalender
ini bukan sekadar program, melainkan manifestasi tuntutan peradaban untuk
menyatukan umat Islam secara global,” katanya.
Ia menyoroti bahwa
meskipun Islam telah berkembang selama 14 abad, umat Islam masih menggunakan
kalender lokal yang berbeda-beda, menyebabkan variasi dalam penentuan awal
Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha, bahkan hingga selisih tiga hingga empat
hari di berbagai belahan dunia.
Mengutip Surah
Al-Baqarah ayat 189, Yusuf menjelaskan bahwa kalender Islam berbasis lunar
(qamariyah) bersifat universal, sebagaimana disebutkan “linnas” (bagi seluruh
manusia).
Ia juga merujuk hadis
Rasulullah SAW riwayat Tirmidzi: “Puasa adalah hari ketika kalian berpuasa, Idul
Fitri adalah hari ketika kalian berbuka, dan Idul Adha adalah hari ketika
kalian menyembelih kurban.”
Hadis ini, menurutnya,
mengindikasikan bahwa hari-hari besar Islam seharusnya dirayakan serentak di
seluruh dunia, sebagaimana ibadah Jumat yang dilaksanakan pada hari yang sama
secara global.
Yusuf menjelaskan tiga
prinsip utama KHGT: pertama, keselarasan hari dan tanggal di seluruh dunia,
seperti 1 Ramadan yang jatuh pada hari yang sama secara global; kedua,
penggunaan metode hisab untuk memastikan kepastian dan konsistensi, karena
rukyat tidak memungkinkan penyatuan kalender secara global; ketiga, kesatuan
mutlak zona kalender di seluruh permukaan bumi.
“Kalender ini adalah
kebutuhan mendesak di era globalisasi, di mana dunia sudah terkoneksi dengan
cepat,” tegasnya.
Ia juga menghubungkan
KHGT dengan tradisi pembaruan Muhammadiyah yang digagas KH Ahmad Dahlan,
seperti penggunaan hisab untuk menentukan arah kiblat yang kini diterima luas.
“KHGT adalah langkah
lanjutan untuk menyatukan umat Islam dalam penanggalan, memperkuat daya tawar
politis, dan mewujudkan peradaban Islam yang rahmatan lil alamin,” paparnya.
Menutup khutbah, Yusuf
mengajak jemaah untuk mendukung penerapan KHGT sebagai wujud nyata persatuan
umat Islam.
“Mari kita wujudkan
kesatuan penanggalan sebagai indikator persatuan umat, sekaligus langkah menuju
peradaban yang lebih maju,” pungkasnya., (Sumber Muhammadiyah Or Id)