Zulfikar Ahmad Tawalla, dari IPM Hingga Menjadi Wakil Menteri P2MI

LPKAPNEWS - Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Zulfikar Ahmad Tawalla, berbagi kisah perjalanan hidupnya yang penuh inspirasi. Hal itu ia sampaikan di hadapan peserta Darul Arqam organisasi otonom tingkat wilayah, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), dan Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Jawa Timur yang digelar Jumat (29/8/2025).

Dalam forum tersebut, Zulfikar mengenang pengalamannya 20 tahun lalu saat pertama kali mengikuti perkaderan Taruna Melati 1 di IPM. Dalam salah satu sesi, mentor meminta peserta menuliskan dua hal: potret diri saat itu dan gambaran diri ideal.

“Saat itu saya belum pernah membayangkan bisa menjadi putra-putri terbaik bangsa. Yang saya tulis sederhana: mengabdi di Muhammadiyah,” kenangnya.

Keluarga Muhammadiyah

Zulfikar tumbuh dalam keluarga Muhammadiyah. Sejak kecil, ia sudah mendapat ajaran untuk tidak memikirkan apa yang bisa diperoleh dari dunia, melainkan apa yang bisa diberikan kepada Muhammadiyah.

“Apa yang dilakukan Kiai Ahmad Dahlan itu sudah tepat, yakni mendirikan lembaga pendidikan. Seperti pesan Ali bin Abi Thalib: belajarlah ilmu, maka kamu akan tahu dengan ilmu itu,” tegasnya.

Menurutnya, ilmu bukan sekadar dipelajari, tetapi juga harus diamalkan. “Kalau melakukan apa yang kita pelajari, maka kita akan jadi ahli. Di Muhammadiyah, rata-rata kita diajari tanggung jawab sejak awal perkaderan,” tambahnya.

Bekal dari Perkaderan

Pengalaman perkaderan itu sangat berharga ketika ia masuk dunia pemerintahan. “Saya masuk kementerian, mengelola 700 orang yang tak seorang pun saya kenal. Tapi semua bisa dilakukan karena sudah terbiasa sejak IPM,” jelasnya.

Bagi Zulfikar, konsistensi adalah kunci. “Tidak ada kebaikan kalau tidak dilakukan terus-menerus. Organisasi yang saya tekuni adalah Muhammadiyah. Itu yang membentuk diri saya. Saya yakin kelak akan jadi orang yang penuh manfaat,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya pendidikan. “Anda bisa saja berjalan di laut, tapi kalau tidak lulus S1, tidak akan dianggap. Maka jangan tinggalkan belajar,” pesannya.

Semangat Keparpurnaan

Selain belajar, Zulfikar mengajak kader Muhammadiyah meneladani semangat keparpurnaan. Ia mencontohkan kisah Ki Bagus Hadikusumo yang pernah diundang pemerintah Jepang bersama Sukarno.

“Ki Bagus menolak minuman sake. Baru kali itu Jepang menyuguhi tamu negara dengan teh. Setelah bertemu Jepang, beliau kembali ke Jogja. Padahal kalau tidak, bisa saja beliau yang menjadi presiden. Dari sini kita belajar untuk mengambil semangat keparpurnaan. Kalau ada kesempatan, jangan ragu,” tuturnya.

Pengalaman pribadi juga menjadi pelajaran. Ketika dipanggil ke Istana, ia ditawari posisi yang dirasa kurang strategis. “Saya tetap ambil. Ternyata posisi itu sangat penting. Maka jangan ragu, ambillah semangat keparpurnaan,” pungkasnya.

Sumber, Pwmu