Tidak Khusyuk, Apakah Salatnya Diterima?

LPKAPNEWS - Khusyuk berasal dari kata khasya‘a yang berarti diam, tenang, dan merendahkan diri. Sebagai bentuk kepasrahan jiwa dan raga kepada Allah, khusyuk menjadi ruh dalam tiap kali melaksanakan salat.

Al-Qur’an menegaskan bahwa orang beriman yang salatnya khusyuk akan memperoleh keberuntungan:

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ

“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya.” [QS. al-Mukminun (23): 1-2].

Kata aflaha dalam ayat ini bermakna beruntung, berbahagia, dan berhasil. Inilah janji Allah: kekhusyukan dalam salat menjadi salah satu tanda kebahagiaan sejati seorang mukmin.

Tak hanya kebahagiaan, kekhusyukan juga membawa kemudahan. Allah berfirman:

وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ

“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” [QS. al-Baqarah (2): 45].

Bagi hati yang lalai, salat terasa berat. Namun, bagi mereka yang khusyuk, salat justru menjadi penolong dan penyejuk jiwa. Lebih dari itu, salat yang khusyuk akan berpengaruh langsung pada kehidupan sehari-hari. Allah menegaskan:

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

“Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [QS. al-‘Ankabut (29): 45].

Salat yang hidup oleh kekhusyukan akan menjadi benteng moral seorang muslim, menjaganya dari perilaku keji dan munkar.

Agar Salat Khusyuk

Pertanyaannya, bagaimana agar hati bisa khusyuk ketika salat? Para ulama memberi sejumlah petunjuk:

Mengenal Allah dengan benar (ma‘rifatullah).

Mengikhlaskan salat semata-mata karena Allah.

Membaca bacaan salat dengan tartil, perlahan, dan penuh penjiwaan.

Menganggap setiap salat adalah salat terakhir.

Mengembalikan pikiran yang melayang agar sadar sedang menghadap Allah.

Menyiapkan kondisi fisik dan lingkungan. Nabi saw bahkan menasihati agar makan lebih dahulu jika makanan telah dihidangkan sebelum salat:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا وُضِعَ الْعَشَاءُ وَأُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَابْدَءُوا بِالْعَشَاءِ

“Dari Anas bin Malik ra. (diriwayatkan) Nabi saw bersabda: Apabila makan malam sudah dihidangkan sedangkan salat jamaah sudah dikumandangkan iqamatnya, maka dahulukanlah makan.” [HR. al-Bukhari, no. 5042].

Khusyuk Bukan Syarat Sah Salat

Perlu dicatat, para ulama menjelaskan bahwa khusyuk tidak termasuk syarat sahnya salat. Syarat sah salat adalah menghadap kiblat, menutup aurat, serta suci dari hadas. Adapun rukunnya meliputi niat, takbiratul ihram, membaca al-Fatihah, rukuk, i‘tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, tasyahud, shalawat, dan salam. Semuanya dengan tuma’ninah (ketenangan).

Maka, salat seseorang tetap sah meski kekhusyukan belum hadir sepenuhnya. Namun, nilainya di sisi Allah tentu berbeda. Sebab, khusyuk adalah ruh salat yang menentukan kualitas ibadah tersebut.

Pada akhirnya, diterima atau tidaknya salat hanya Allah yang menilai. Namun, setiap muslim wajib berusaha meningkatkan kualitas kekhusyukan salatnya. Usaha ini tidak cukup dengan niat, tetapi perlu disiplin, latihan, dan doa yang tulus.

(Redaksi)