LPKAPNEWS, YOGYAKARTA – Ketua Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, Syamsul Anwar, menegaskan bahwa Pendidikan Ulama Tarjih
Muhammadiyah (PUTM) merupakan langkah strategis dalam menyiapkan kader pimpinan
yang kokoh dalam ilmu Islam sekaligus berjiwa dakwah.
Hal itu ia sampaikan dalam amanatnya pada wisuda PUTM
yang digelar di Kampus Kaliurang, Sabtu (23/08).
Menurutnya, PUTM memiliki peran penting dalam melahirkan
ulama tarjih yang tidak hanya menguasai bidang studi Islam secara mendalam,
tetapi juga mampu menjadi motor dakwah amar ma’ruf nahi munkar Muhammadiyah
yang menyentuh seluruh aspek kehidupan.
“Penyelenggaraan pendidikan ulama tarjih itu boleh
dikatakan sebuah program strategis bagi Muhammadiyah. Karena Muhammadiyah
memerlukan tokoh-tokoh pimpinan yang menguasai bidang studi Islam dan dakwah
Islamiyah yang menjadi pokok Muhammadiyah,” tegas Syamsul.
Ia menjelaskan, kebutuhan kader ketarjihan mencakup
berbagai tingkatan: mulai dari kader pesantren yang menggerakkan sosialisasi
tarjih hingga kader ahli dalam bidang khusus seperti ilmu waris dan falak.
Tantangan eksternal juga semakin kompleks, terutama dominasi media maya yang
kerap memproduksi “kebenaran” tanpa verifikasi.
Karena itu, ia menekankan perlunya kader Muhammadiyah
menghasilkan konten keagamaan yang sahih dan dapat dipertanggungjawabkan.
Selain itu, Syamsul menyoroti menguatnya paham agnostik
dan ketidakpedulian terhadap eksistensi Tuhan di tengah masyarakat. Menurutnya,
kader Muhammadiyah harus tampil menegaskan pentingnya nilai, terutama nilai
keagamaan, dalam kehidupan.
Lebih jauh, ia berharap PUTM tidak hanya melahirkan kader
berilmu, tetapi juga mandiri dalam kehidupan. Kemandirian itu, katanya, perlu
diwujudkan melalui penanaman semangat kewirausahaan.
“Yang juga menjadi penting ialah, PUTM memberikan bekal
kemampuan menjalani hidup bagi tholabahnya. Artinya dia bisa mandiri sehingga
selepas dari sini tidak banyak tergantung pada pencarian lowongan kerja, tapi
bagaimana ia juga harus melakukan entrepreneurship atau berwirausaha.
Yang utama ditanamkan adalah semangatnya,” jelasnya.
Sementara itu, Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PP
Muhammadiyah, Muhammad Rofiq Muzakkir, menegaskan bahwa pendidikan di PUTM
merupakan proses deep and long learning selama tujuh tahun yang tidak
hanya menggembleng keagamaan, tetapi juga membangun kapasitas bermasyarakat.
Ia menjelaskan, kurikulum PUTM disusun secara integratif
dengan menggabungkan khazanah keilmuan Islam klasik (turats) dan ilmu-ilmu
modern. Kurikulum ini, katanya, merepresentasikan konsep Majma‘ al-Bahrain—pertemuan
dua samudra ilmu.
“Jika dilihat secara keseluruhan, kurikulum PUTM sudah
integratif. Karena di dalamnya berpadu tradisi intelektual Islam dan
pengetahuan modern. Tidak berlebihan jika saya menyebut PUTM hari ini sebagai
representasi majma’ al-bahrain, bertemunya lautan keilmuan klasik dan
modern,” ungkap Rofiq.
Ia juga berpesan agar tholabah tidak pernah berhenti
belajar meski telah lulus. Menurutnya, tradisi membaca dan belajar harus terus
dirawat, termasuk penguasaan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa
internasional.
“Belajar harus tetap diluangkan. Bagilah waktu dengan
baik agar ada saat untuk meningkatkan kompetensi diri. Jangan lepas dari
membaca buku. Jangan lepas dari belajar bahasa, terutama Inggris dan Arab.
Jangan berhenti di tahap pembelajaran formal di PUTM,” tuturnya.
Sumber, Muhammadiyah Or Id