
LPKAPNEWS, MAKASSAR — Pelatihan Manajemen Reputasi
Organisasi Muhammadiyah Zona I yang mencakup kawasan Indonesia Timur resmi
ditutup di Hotel Aryaduta Makassar, Ahad (17/8).
Kegiatan yang berlangsung sejak Jumat, 15 Agustus 2025
ini diinisiasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui Pusat Syiar Digital
Muhammadiyah, bekerja sama dengan Biro Komunikasi dan Pelayanan Umum (BKPU) PP
Muhammadiyah, dan menjadikan Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar
sebagai tuan rumah.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi
Selatan (Sulsel) Ambo Asse menutup acara secara resmi. Dalam arahannya, ia
menekankan pentingnya penguasaan teknologi digital dalam mendukung dakwah
Muhammadiyah.
“Ilmu digital ini harus digunakan untuk hal-hal yang
bermanfaat, bukan sekadar menyebarkan informasi yang tidak jelas sumbernya.
Konten yang dihasilkan harus memperkuat syiar organisasi dan memberi manfaat
bagi umat,” ujar Ambo.
Menurut Ambo, reputasi organisasi di era digital hanya
bisa dibangun jika informasi yang beredar dikelola dengan benar, terukur, dan
bertanggung jawab.
Ia juga mengingatkan agar peserta menjadikan ilmu yang
diperoleh sebagai bekal mengembangkan amal usaha Muhammadiyah melalui dakwah
digital. Ia menegaskan, pelatihan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat
basis komunikasi organisasi.
Direktur Pusat Syiar Digital Muhammadiyah, Choirul Fajri,
mengapresiasi semangat para peserta. Ia menyebut, selama tiga hari peserta
tidak hanya mempelajari teori, tetapi juga praktik pembuatan konten dan
simulasi penanganan krisis komunikasi.
“Ke depan, hasil pelatihan ini akan kami monitoring dan
evaluasi secara berkala, agar benar-benar memberi dampak pada penguatan
komunikasi Muhammadiyah,” kata Fajri.
Choirul Fajri menambahkan, pelatihan serupa akan
berlanjut di Zona II yang meliputi wilayah Jawa, Sumatera, dan Kalimantan pada
akhir Agustus mendatang. Pelatihan rencananya digelar di universitas
Muhammadiyah Tangerang 29-31 Agustus 2025.
Program ini diharapkan menjadi model nasional yang dapat
direplikasi oleh PWM hingga tingkat daerah. Ia menekankan pentingnya
kesinambungan agar setiap wilayah memiliki standar yang sama dalam membangun
reputasi digital.
Selama pelatihan, peserta mendapatkan materi seputar
strategi membangun reputasi organisasi, pemetaan pemangku kepentingan, teknik
komunikasi krisis, hingga metode evaluasi dan pengukuran siar digital.
Narasumber berasal dari kalangan akademisi dan praktisi komunikasi, termasuk
Adhianty Nurjanah, Fajar Junaedi, Aswad Ishak, dan Ayub Dwi Anggoro.
Selain materi kelas, peserta juga melakukan simulasi
praktik dalam pembuatan konten digital. Latihan ini bertujuan memperkuat
keterampilan teknis agar peserta mampu menghasilkan narasi positif yang sesuai
dengan nilai-nilai Muhammadiyah.
Dalam sesi penutup, Ambo Asse kembali mengingatkan agar
hasil pelatihan tidak berhenti sebatas wacana. Ia menegaskan perlunya tindak
lanjut konkret di daerah.
“Jangan sampai setelah pelatihan kembali tidur. Ilmu yang
diperoleh harus diterapkan, baik di PWM maupun di amal usaha Muhammadiyah,”
ucapnya.
Sejumlah peserta menyambut baik pesan tersebut. Mereka
menilai pelatihan membuka wawasan baru tentang pentingnya reputasi organisasi
di tengah arus informasi digital. Menurut perwakilan peserta dari Sorong,
Wisnu, ke depan Muhammadiyah diharapkan mampu mengintegrasikan seluruh
aktivitas dakwahnya dengan strategi komunikasi digital yang terarah.
Choirul menegaskan bahwa Pusat Syiar Digital Muhammadiyah
akan terus mendampingi peserta melalui monitoring tiga bulan pasca pelatihan.
Ia berharap setiap PWM mampu menunjukkan peningkatan kualitas konten,
interaktivitas, serta dampak sosial dari narasi yang dibangun.
Dengan penutupan ini, rangkaian Pelatihan Manajemen
Reputasi Muhammadiyah Zona I resmi berakhir. Namun, pesan yang disampaikan para
pimpinan Muhammadiyah menegaskan bahwa tanggung jawab peserta justru baru
dimulai, yakni mengubah ilmu yang diperoleh menjadi aksi nyata dalam memperkuat
syiar digital Muhammadiyah.
Sumber, Muhammadiayah Or Id