Masa Ta’aruf PUTM: Membentuk Generasi Ulama Berlandaskan Ijtihad Kolektif

LPKAPNEWS,YOGYAKARTA – Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah kembali menggelar Masa Ta’aruf (SaTaa) bagi thalabah baru Angkatan XXVI dalam rangka menyambut tahun akademik 2026/2027.

Kegiatan ini diselenggarakan pada 2–4 Agustus 2025 di Gedung Pusbang Muhammadiyah, Kaliurang, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

SaTaa merupakan agenda rutin PUTM yang bertujuan untuk menyambut thalabah baru serta memperkenalkan lingkungan PUTM dan Muhammadiyah secara umum.

Dalam sambutannya, Mudir PUTM, Dahwan Muchrodji, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan langkah awal bagi para thalabah untuk mengenal lebih dekat visi dan misi lembaga. 

“Masa Ta’aruf (SaTaa) ini dirancang untuk mengenalkan seputar PUTM. Thalabah harus mengikuti kegiatan ini dengan sebaik-baiknya dan tidak lupa untuk tetap menjaga ibadah,” ujar Dahwan.

Salah satu agenda penting dalam SaTaa adalah pengenalan Majelis Tarjih dan Tajdid, yang secara struktural menaungi PUTM. Materi disampaikan langsung oleh Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muhamad Rofiq Muzakkir.

Ia menegaskan bahwa PUTM merupakan bagian integral dari Majelis Tarjih dan Tajdid, sehingga aktivitas keilmuan dan keorganisasian di PUTM akan erat dengan Majelis Tarjih dan Tajdid.

Dalam paparannya, Rofiq menjelaskan bahwa cikal bakal Majelis Tarjih dan Tajdid bermula dari usulan K.H. Mas Mansur pada Kongres Muhammadiyah tahun 1927 di Pekalongan. Beliau mengusulkan pembentukan majelis khusus untuk membahas persoalan keagamaan secara mendalam dan sistematis.

Lebih lanjut, Rofiq menyampaikan bahwa terdapat dua faktor utama yang melatarbelakangi lahirnya Majelis Tarjih dan Tajdid.

Pertama, adanya perselisihan yang menimbulkan kegiatan di kalangan umat Islam terkait masalah furu’iyah yang mulai merambah ke lingkungan Muhammadiyah. Kedua, mengutip K.H. Fakih Usman, Muhammadiyah memiliki banyak lembaga sosial dan kegiatan kemasyarakatan sehingga dibutuhkan sebuah majelis yang memastikan bahwa semua aktivitas tersebut selaras dengan hukum Islam.

Selain sejarah dan latar belakang, para thalabah juga dikenalkan dengan profil ketua-ketua Majelis Tarjih dari masa ke masa, di antaranya K.R.T. Wardan Diponingrat dan Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, yang keduanya menjabat selama lebih dari 20 tahun.

SaTaa menjadi pondasi awal bagi thalabah PUTM dalam menempuh pendidikan kader ulama. Diharapkan, para thalabah mampu memahami serta menginternalisasi semangat ijtihad kolektif yang menjadi ciri khas Majelis Tarjih dan Tajdid, guna membantu menyelesaikan berbagai persoalan keagamaan, terutama perdebatan dalam furu’ fiqhiyyah.

Selain itu, kegiatan SaTaa diharapkan melahirkan ulama ulama tarjih Muhammadiyah yang mampu menghasilkan putusan-putusan Tarjih dan Tajdid yang dapat menjadi panduan dan pedoman beragama bagi warga Muhammadiyah dalam kehidupan sehari-hari.

Editor, Angcel

Sumber, Muhammadiyah Or Id