LPKAPNEWS, YOGYAKARTA – Anggota
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Asep Setiawan, mengajak
jemaah untuk merenungi sebuah tentang empat tipe golongan manusia berdasarkan
ilmu, harta, dan cara pandang mereka terhadap dunia serta kehidupan.
Pernyataan itu ia
sampaikan dalam khutbah Jumat di Masjid KH Ahmad Dahlan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Jumat (4/7). Hadis hasan yang diriwayatkan
oleh Imam Tirmidzi, Imam Ahmad, dan Imam Ibnu Majah ini berbunyi: Sabda
Rasulullah SAW, “Innamad dunya li arba’atin nafarin” (Dunia ini diisi oleh
empat golongan manusia).
Asep Setiawan kemudian
memaparkan empat kategori manusia yang memiliki karakteristik berbeda dalam
memanfaatkan nikmat ilmu dan harta yang diberikan Allah SWT. Golongan pertama
adalah mereka yang dikaruniai Allah ilmu dan harta. Dengan ilmu yang dimilikinya,
mereka mampu mensyukuri nikmat tersebut dan menggunakannya dengan
sebaik-baiknya.
Mereka menjaga
hubungan vertikal dengan Allah (hablum minallah) melalui ketaatan dan ibadah,
serta hubungan horizontal dengan sesama manusia (hablum minannas) melalui
sedekah, infak, zakat, dan wakaf. Mereka memahami bahwa harta dan ilmu adalah
amanah dari Allah yang harus digunakan untuk kebaikan. Rasulullah menyebut
golongan ini sebagai manusia dengan tingkatan terbaik.
Golongan kedua adalah
mereka yang diberi ilmu, namun tidak dikaruniai harta. Meski hidup dalam
keterbatasan, ilmu mereka membimbing untuk tetap sabar menghadapi ujian dan
menjauhi harta haram.
Mereka memiliki niat
tulus dan cita-cita mulia, seperti berkeinginan untuk beramal seperti golongan
pertama jika memiliki harta, misalnya dengan membangun lembaga pendidikan atau
masjid. Rasulullah menyatakan bahwa golongan ini, meski hanya memiliki niat
tanpa perbuatan, mendapatkan pahala setara dengan golongan pertama karena
ketulusan komitmen mereka.
Golongan ketiga adalah
mereka yang kaya harta namun miskin ilmu. Tanpa ilmu sebagai petunjuk, mereka
menggunakan harta untuk memuaskan hawa nafsu, hidup hedon, dan
bermegah-megahan.
Mereka lalai menjaga
hubungan dengan Allah, tidak peduli pada silaturahim, dan tidak menyadari
adanya hak orang lain dalam hartanya, seperti zakat dan infak. Menurut
Rasulullah, golongan ini berada pada tingkatan terburuk.
Golongan keempat
adalah mereka yang miskin harta sekaligus ilmu. Tanpa ilmu, hidup mereka tidak
terbimbing, dan mereka cenderung memiliki pandangan salah terhadap dunia.
Mereka bahkan berangan-angan untuk hidup hedon seperti golongan ketiga jika
memiliki harta.
Meski tidak melakukan
perbuatan buruk karena keterbatasan, Rasulullah menyatakan bahwa mereka
mendapatkan dosa yang sama dengan golongan ketiga karena niat dan cara pandang
yang keliru.
Keutamaan
Ilmu sebagai Penerang Kehidupan
Asep Setiawan
menegaskan bahwa hadis ini menggarisbawahi keutamaan ilmu sebagai penerang
kehidupan. Ilmu membimbing manusia untuk hidup terarah, memiliki pola pikir
yang benar, dan memahami bahwa setiap nikmat adalah amanah yang akan dimintai
pertanggungjawaban.
Dengan ilmu, seseorang
dapat mensyukuri nikmat, menjalani hidup dengan penuh ketaatan, dan menggunakan
harta secara bijaksana untuk kebaikan. Ia menutup khutbahnya dengan doa agar
jemaah senantiasa menjadi hamba Allah yang pandai bersyukur, taat, dan mampu
memanfaatkan nikmat ilmu dan harta dengan sebaik-baiknya.
Khutbah ini menjadi
pengingat bagi jemaah untuk terus mengejar ilmu dan menjalani hidup dengan
penuh tanggung jawab atas amanah yang diberikan Allah SWT.
Editor, Angcel
Sumber, Muhammadiyah Or Id