LPKAPNEWS, SURAKARTA - Di
tengah dinamika pemikiran Islam kontemporer, satu tantangan besar yang kita
hadapi bukanlah kekurangan intelektual, melainkan keterputusan jaringan dan
lemahnya konsolidasi. Ini pula yang terjadi di tubuh Muhammadiyah dalam bidang
tafsir.
Banyak kader
persyarikatan yang menekuni bidang ilmu tafsir, baik dari universitas terkemuka
di dalam negeri maupun dari kampus-kampus Islam mancanegara. Namun, potensi
besar itu belum terangkai dalam simpul yang kuat dan strategis.
Akibatnya, muncul
kesan langkanya penulis tafsir Muhammadiyah. Kondisi ironis ini sebetulnya
tidak perlu terjadi jika ada keseriusan dalam merajut jaringan keilmuan di
antara para ahli tafsir.
Konferensi Mufasir
Muhammadiyah III yang akan diselenggarakan pada 28–30
Agustus 2025 di
Yogyakarta hadir sebagai ikhtiar untuk menjawab tantangan tersebut. Ini bukan
sekadar forum akademik, melainkan jadi momentum penting dalam menyusun rencana
besar: menyelesaikan penulisan Tafsir at-Tanwir Juz 25–30.
Selain itu, konferensi
ini menggelar dua agenda utama. Pertama adalah Seminar Mufasir Muhammadiyah
yang akan dibuka dengan khutbah iftitah oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar
Nashir.
Seminar ini juga akan
menyajikan pemikiran-pemikiran segar dari para intelektual terkemuka seperti
Menteri Agama Nasaruddin Umar, M.A., (dalam konfirmasi) dan M. Din Syamsuddin
dengan tema “Metodologi Tafsir Al-Qur’an Transformatif”.
Agenda kedua adalah
Lokakarya, tempat diskusi teknis, strategis, dan konseptual tentang masa depan
tafsir di Muhammadiyah. Di forum ini akan hadir Syamsul Anwar, Hamim Ilyas, dan
Ustadi Hamsah yang akan mengupas mulai dari urgensi penyusunan tafsir, filosofi
penulisan, hingga teknis penyajian Tafsir at-Tanwir.
Tak kalah menarik,
ceramah dari M. Busyro Muqoddas akan mengaitkan tafsir dengan isu-isu
kebangsaan kontemporer, memperluas horizon bahwa tafsir tidak hanya soal teks,
tapi juga konteks.
Konferensi ini adalah
panggilan sejarah. Sesuai arahan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Tafsir at-Tanwir
diharapkan selesai saat Majelis Tarjih dan Tajdid genap berusia 100 tahun pada
2027. Maka, masa antara Agustus 2025 hingga Agustus 2026 akan menjadi masa
penentuan.
Kini, saatnya para
kader tafsir Muhammadiyah entah itu dosen, peneliti, mahasiswa, dan pengkaji
Al-Qur’an untuk melangkah maju. Ini waktu yang tepat untuk bersatu, menegaskan
eksistensi, dan turut menuliskan sejarah pemikiran Islam di Muhammadiyah.
Mari bergabung dalam
Konferensi Mufasir Muhammadiyah III dan jadilah bagian dari gerakan kolektif
menuju peradaban Islam yang tercerahkan.
Pendaftaran dapat
dilakukan melalui tautan berikut: https://konferensimufasir.tarjih.or.id/pendaftaran/
Editor, Angcel
Sumber, Muhammadiyah Or Id