
LPKAPNEWS, PEKANBARU – Tauhid
bagi Muhammadiyah tak sebatas keyakinan atau berdampak pada diri sendiri,
melainkan tauhid di Muhammadiyah itu harus berdampak pada tingkah laku
kehidupan manusia untuk maju.
Hal itu disampaikan
oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Syamsul Anwar pada Jum’at (27/6)
dalam Bincang Tauhid Negara Serumpun Milad Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI)
ke-17, di Pekanbaru.
Syamsul menjelaskan,
tauhid secara harfiah merupakan konsep yang menjelaskan tentang Allah SWT
sebagai Tuhan yang Maha Esa. Bagi Muhammadiyah, tauhid ini tidak pasif
melainkan aktif sehingga berdampak pada perilaku hidup umat muslim.
“Tetapi yang sangat
penting bagi kita itu adalah tidak hanya berbicara tentang Tuhan itu sendiri.
Tetapi yang sangat penting adalah keyakinan atas ke-Esaan Allah itu dapat
memberi impact atau memengaruhi kehidupan kita di dalam masyarakat untuk
mencapai kemajuan,” katanya.
Pandangan Muhammadiyah
terhadap tauhid seperti itu, imbuh Syamsul, menjadi frame untuk melihat dunia. Bagi Muhammadiyah,
dunia ini adalah anugerah rahmat Allah yang diturunkan untuk umat manusia.
Pandangan itu tidak
sama dengan yang dimiliki oleh kelompok Sufi seperti Hamzah Fansuri, yang
menyebut dunia ini hampa seperti bayangan yang tidak perlu dikejar. Dunia
dianggap seperti ada, tetapi esensinya tidak ada.
“Jadi pandangan
seperti mengecilkan arti dunia, sementara sesungguhnya dalam pandangan Islam
kita harus melihat dunia itu sebagai anugerah Allah yang penting dan menjadi
tanggung jawab kita untuk mengurusnya,” katanya.
Dunia sebagai anugerah
ini merupakan konsep orisinal yang lahir dari Islam, maka menurut Syamsul
pandangan teologis ini perlu untuk dikembangkan. Pandangan ini juga sering
dilafalkan sebagai doa untuk meminta kebaikan di dunia dan akhirat.
Selain itu, pada
kesempatan ini Prof. Syamsul juga menyampaikan tantangan yang dihadapi oleh
ketauhidan yang dimiliki oleh umat Islam, yaitu sebuah keyakinan yang muncul
pada awal tahun 2.000 yang disebut dengan materialisme saintifik.
“Yaitu hilangnya
keyakinan kepada Tuhan di kalangan anak muda. Ini merupakan tantangan kita
semua. Dan itu menjalar ke dunia Islam,” ungkapnya.
Keyakinan agnostik ini
menjadi tantangan serius yang dihadapi oleh umat beragama, termasuk umat Islam.
Sebab tradisi-tradisi keilmuan yang dibangun tak lagi memandang, bahkan
meminggirkan eksistensi dari Tuhan, (Sumber Muhammadiyah Or Id)