
إِنَّ الْحَمْدَ
لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا
النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Jamaah
Jum`at Rahimakumullah
Salah satu
dambaan hidup kita adalah munculnya generasi terbaik. Indikasi adanya generasi
terbaik memang sudah ada. Ambil contoh, banyaknya kaum muslimin yang memiliki
komitmen yang kuat terhadap Islam sebagai agama yang harus diamalkan dalam
kehidupan nyata. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan generasi sebaliknya,
tampaknya generasi terbaik masih sedikit sekali. Kenyatannya, begitu banyak
generasi manusia yang mencerminkan profil generasi terburuk. Dalam sebuah
hadits, Rasulullah saw telah mengilustrasikan ciri-ciri generasi terburuk
sebagai berikut:
سَيَأْتِى عَلَى
النَّاسِ زَمَانٌ هِمَّتُهُمْ بُطُوْنُهُمْ وَشَرَفُهُمْ مَتَاعُهُمْ وَقِبْلَتُهُمْ
نِسَاؤُهُمْ وَدِيْنُهُمْ دَارَهِمُهُمْ وَدَنَانِيْرُهُمْ اُوْلئِكَ شَرُّ الْخَلْقِ
لاَخَلاَقَ لَهُمْ عِنْدَ الله في الأخرة
“Akan tiba
suatu zaman atas manusia di mana perhatian (obsesi) mereka hanya tertuju pada
urusan perut dan kehormatan mereka hanya pada kekayaan (benda) semata, kiblat
mereka hanya urusan wanita (seks) dan agama mereka adalah uang (harta, emas dan
perak). Mereka adalah makhluk Allah swt yang terburuk dan tidak akan memperoleh
bagian di sisi Allah swt di akhirat kelak.” [HR. Ad-Dailami]
Dalam
hadits tersebut, terdapat empat ciri-ciri generasi terburuk, yaitu lebih
mementingan perut, kemuliaan hanya diukur dari kepemilikan materi, suka
mengagungkan perempuan, dan selalu mementingkan uang dan harta benda.
Pertama,
mementingkan perut. Salah satu keinginan manusia dalam hidup adalah memiliki
perut yang kenyang dengan berbagai jenis makanan. Namun, yang membahayakan
adalah jika segala sesuatu dilakukan untuk kepentingan perut.
Fenomena itulah yang kini banyak terjadi pada masyarakat kita. Mementingkan perut berarti seseorang ingin memperoleh kekayaan dengan menghalalkan segala cara. Bahkan meskipun seseorang sudah mendapatkan rezeki yang secara halal, hal itu akan dimanfaatkan untuk kepentingan diri dan keluarganya saja sehingga tidak peduli dengan kekurangan yang dialami orang lain.
Akibat
lain yang sangat berbahaya dari mementingkan perut adalah seseorang menjadi
takut lapar, kuatir tidak mendapatkan rizeki sehingga membuatnya takut
menanggung risiko dalam menjalani kehidupan secara benar. Tak heran, orang yang
selalu mementingan urusan perut menjadi manusia yang melakukan sesuatu jika
menguntungan dirinya secara materi. Dia tidak mau mengerjakan sesuatu ketika
sesuatu itu mengakibatkan kesulitan dalam hidupnya, apalagi jika sampai
mengakibatkan perutnya menjadi lapar.
Jamaah
Jumat rahimakumullah
Ciri kedua
dari generasi terburuk adalah memuliakan perhiasan. Dalam hidup ini, manusia
menghiasai dirinya dengan berbagai perhiasan hidup seperti rumah, kendaraan,
pakaian, emas permata, dan lain sebagainya. Semua itu sering kali dijadikan
ukuran bagi kemuliaan seseorang, padahal benda-benda itu hanya aksesoriis
belaka. Nah, generasi terburuk menjadikan perhiasan hidup sebagai tolok ukur
kemuliaan seseorang, sementara kemuliaan seseorang di mata Allah akan diukur
seberapa besar ketakwaannya.
Hal ketiga
yang merupakan ciri generasi terburuk adalah mengagungkan perempuan, yaitu
menuruti syahwat terhadap perempuan yang tidak halal baginya atau memenuhi
ajakan perempuan untuk melakukan perzinahan. Ini merupakan sesuatu yang sangat
hina. Allah berfirman:
وَلاَ تَقْرَبُواْ
الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاء سَبِيلاً
“Dan
janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh suatu perbuatan yang keji,
dan suatu jalan yang buruk.” [QS. Al-Isra: 32].
Selain itu
mengagungkan perempuan juga dapat dipahami sebagai pemenuhan
keinginan-keinginan yang tidak baik dari prempuan, termasuk seorang suami yang
takut kepada istrinya sehingga harus memenuhi keinginan istrinya yang tidak
benar. Ketakutan kepada istri membuat suami tidak berani meluruskan ksesalahan
istri, padahal istri merupakan tanggungjawab suami untuk diselamatkan dari api
neraka.
Jamaah
Jumat rahimakumullah
Ciri
keempat dari generasi terburuk adalah gila harta. Dalam Islam, uang dan harta
merupakan sesuatu yang boleh dicari dan dimiliki. Namun, semua itu harus dalam
kendali manusia, bukan justru manusia yang dikendalikan harta. Banyak orang
menjadikan harta seolah sebagai agama baru sehingga melalaikan mereka. Allah
telah mengingatkan,
Dari
gambaran hadits di atas, sangat terasa bahwa ciri-ciri generasi terburuk
sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah saw, itu tercermin pada generasi
sekarang. Maka, menjadi kewajiban kita untuk memperbaiki generasi mendatang
agar kehidupan masa depan dapat kita songsong dengan keyakinan dan optimisme
sesuai tuntunan syariat Islam.
بارَكَ اللهُ
لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ لَيْ وَلَكُمْ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah
Kedua
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُّبَارَكًا فِيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. الَّلهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلىَ نَبِيِّناَ
مُحَمَّد وَ عَلىَ اٰلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا
النَّاسُ اُتَّقُوا اللَّهَ، اُتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلَا تَمُوْتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُونَ.
اَلَّلهُمَ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ اْلمُسْلِمَاتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ، اَلأَحْيَاِء
مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ،
فَيَاقَاضِيَ اْلحَاجَاتِ.اَلَّلهُمَ إِنَّانَسْأَلُكَ اْلهُدَى وَالتُّقَى وَاْلعَفَافَ
وَاْلغِنىَ.
رَبَّناَ هَبْ
لَناَ مِنْ أَزْوَاجِناَ وَذُرَّيَّاتِناَ قُرَّةً أَعْيُنٍ وَاجْعَلْناَ لِلْمُتَّقِيْنَ
إِمَاماً. رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَناَ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ
لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ اْلوَهَّابُ .رَبَّناَاٰتِناَ فِي الدُّنْياَ حَسَنَةً
وَفِى اْلأٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعَزَّةِ
عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلىَ اْلمُرْسَلِيْنَ، وَاْلحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.
(Redaksi)