
LPKAPNEWS, YOGYAKARTA - Masih banyak orang yang kesulitan
mendapatkan pelayanan kesehatan. Apalagi bisa mengakses layanan dokter.
Ditambah lagi, tak semua daerah punya dokter yang banyak. Karena itu, Edward
Hikmawan ingin menjadi dokter karena punya pengalaman seperti ini.
Tetapi satu sisi, ia adalah anak
petani. Bukanlah hal mudah menyiapkan biaya pendidikan yang besar untuk kuliah.
Terlahir dari keluarga petani di Tanjungsari, Bentak, Sidoharjo, Sragen, Jawa
Tengah, putra pasangan Bapak Supriyanto dan Ibu Fitri Hidayati ini membuktikan
bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk meraih mimpi besar.
Dapat beasiswa Kedokteran sebesar Rp 1
miliar.
Edward tidak mau mundur. Ia berusaha,
sampai dapat Beasiswa Kedokteran Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan
pembebasan biaya kuliah 100 persen. Beasiswa yang didapat senilai Rp 1 miliar.
“Saya memilih kedokteran karena ingin
memberi manfaat nyata, terutama bagi masyarakat yang kurang terlayani. Dengan
latar belakang keluarga petani yang penuh perjuangan, saya ingin membalas
dukungan mereka lewat profesi yang mulia ini,” tuturnya, dilansir dari laman
UAD, Kamis (10/7/2025). Meski hidup dalam kesederhanaan, Edward terus menekuni
perjalanan intelektual dan spiritualnya, dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Pendidikan di SMA
Trensains mengajarkannya berpikir kritis dan ilmiah berlandaskan nilai-nilai
Islam.
Di sana, ia dibiasakan untuk disiplin
dan bertanggung jawab. Tak hanya itu, organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah
(IPM) turut menempanya menjadi pribadi yang peka terhadap kebutuhan orang lain.
“Di IPM saya belajar memimpin dan bekerja dalam tim. Dari situ, saya memahami
bahwa menjadi dokter bukan hanya soal ilmu medis, tapi juga kepemimpinan,
empati, dan tanggung jawab sosial,” ujarnya.
Tantangan terbesarnya adalah
keterbatasan ekonomi keluarga. Namun hal itu justru menjadi sumber motivasi
untuk belajar lebih giat. Prinsip hidupnya sederhana.
“Man jadda wajada, siapa yang
bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.” Ia percaya, usaha sungguh-sungguh
meski dimulai dari tempat sederhana akan membuahkan hasil jika dilakukan dengan
tulus dan pantang menyerah. Sosok orangtuanya, Supriyanto dan Fitri Hidayati,
menjadi sumber kekuatan terbesar Edward. Meski hanya bekerja sebagai petani,
mereka selalu memberikan semangat dan doa di setiap langkah hidupnya. “Mereka
tidak pernah membatasi mimpi saya, justru terus mendorong agar saya menempuh
pendidikan setinggi mungkin. Dukungan itu membuat saya yakin bahwa saya tidak
berjuang sendiri,” ungkap Edward.
Menjadi Dokter Adalah Jalan Dakwah.
Edward ingin membuka akses kesehatan
di daerah terpencil serta berkontribusi di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM),
seperti rumah sakit dan klinik.
Baginya, menjadi dokter adalah jalan
dakwah melalui tindakan nyata. Mengobati, melayani, dan menginspirasi. “UAD
tidak hanya unggul dalam akademik, tapi juga membentuk karakter Islami dan
semangat pengabdian. Saya yakin di sinilah tempat terbaik untuk menempuh
pendidikan kedokteran,” tambahnya.
Seleksi untuk beasiswa kedokteran UAD
sendiri sangat ketat. Edward harus melalui serangkaian ujian akademik,
psikotes, serta wawancara mendalam untuk mengukur kesiapan akademik, mental,
dan spiritual. Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Ir. Sunardi, S.T., M.T.,
Ph.D., menjelaskan bahwa beasiswa kedokteran UAD membebaskan biaya kuliah
hingga jenjang profesi dan memberikan uang saku bagi penerimanya.
Selain beasiswa kedokteran, UAD juga
menyediakan banyak pilihan beasiswa lain, mulai dari beasiswa akademik hingga
nonakademik.
Tahun ini, minat calon mahasiswa pada
Program Studi Kedokteran UAD mengalami peningkatan signifikan.
Kepala Bidang Pengembangan Karakter
dan Kesejahteraan Biro Kemahasiswaan dan Alumni (Bimawa) UAD, Dr. Caraka Putra
Bhakti, S.Pd., M.Pd., menjelaskan bahwa jumlah pendaftar Kedokteran UAD
mencapai 894 orang, naik dari 640 pendaftar pada tahun sebelumnya. “Peningkatan
ini menunjukkan bahwa Kedokteran UAD semakin dipercaya masyarakat. Tidak hanya
karena kualitas akademiknya yang unggul, tetapi juga karena pembentukan
karakter dan semangat pengabdian yang selalu kami tekankan kepada mahasiswa,”
ujarnya. Sementara itu, kepada generasi pelajar, Edward berpesan agar tidak
pernah berhenti bermimpi meski berasal dari keluarga sederhana.
"Terus belajar, berdoa, dan
berjuang dengan sungguh-sungguh. Jangan takut gagal karena setiap proses pasti
mendewasakan. Percayalah, Allah selalu bersama orang yang
bersungguh-sungguh," tandasnya.
Edward Hikmawan, anak petani dari
Tanjungsari, Sragen, membuktikan bahwa mimpi besar akan menemukan jalannya jika
diperjuangkan dengan tulus. Dengan semakin banyaknya peminat Kedokteran UAD
dari tahun ke tahun, ia yakin akan lahir lebih banyak dokter muda yang siap
mengabdi untuk negeri dan umat.
Editor, Angcel
Sumber, SM