LPKAPNEWS, JAKARTA – Ketua
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Syafiq Mughni menegaskan bahwa Muhammadiyah
terus berupaya menyerukan persatuan umat Islam dalam melawan segala bentuk
kezaliman.
Pernyataan tersebut
disampaikan Syafiq saat menemui silaturahmi Kedutaan Besar Republik Islam Iran
untuk Indonesia yang berlangsung di Kantor PP Muhammadiyah Jakarta pada Kamis
(19/6).
Syafiq menekankan
bahwa dalam menghadapi ketidakadilan global, umat Islam perlu bersatu tanpa
terjebak dalam perbedaan atau paham keagamaan.
“Bagi Muhammadiyah,
umat Islam harus bersatu melawan segala bentuk kezaliman. Muhammadiyah tidak
mempermasalahkan perbedaan fitrah atau cara berpikir, selama ada semangat
solidaritas dan empati yang sama,” tegas Syafiq.
Pada agenda kunjungan
Duta Besar Republik Islam Iran tersebut, Syafiq juga menekankan bahwa
Muhammadiyah merasa satu koridor dengan Iran dalam melawan penjajahan Israel
dimana Muhammadiyah akan terus menyuarakan hal tersebut kepada pemerintah
Indonesia maupun pada dunia Internasional.
Bahkan, Ia juga telah
menyatakan telah membuka peluang untuk memperluas sosialisasi dan kampanye
kemanusiaan melalui media internal persyarikatan.
“Kami terus mendorong
agar negara-negara Islam bersatu dalam membela Palestina. Ini sudah kami
sampaikan di berbagai forum dan bahkan Pak Ketua Umum, Prof. Haedar Nashir juga
telah menyampaikan pernyataan resmi Muhammadiyah terkait isu ini,” ucap Syafiq.
Senada dengan
pernyataan Syafiq Mughni, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Saad Ibrahim
menambahkan sekaligus mengajak masyarakat untuk melihat Iran dalam perspektif
yang lebih luas, terutama perannya dalam hal geopolitik global.
“Iran adalah kekuatan
besar yang diperhitungkan oleh negara-negara besar lainnya,” tambah Saad.
Dubes
Iran: Kami Tak Ingin Perang, Tapi Kami Siap Membela Diri!
Turut merespons
pernyataan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dubes Iran, Mohammad Boroujerdi
menjelaskan bahwa konflik di negaranya dengan Israel disebabkan oleh serangan
mendadak yang dilancarkan oleh rezim Zionis tersebut.
Dubes Iran juga
menyebut bahwa sejak malam pertama serangan, Iran telah melakukan aksi balasan
yang menunjukkan bentuk pembelaan dan pertahanan. Menurutnya, perang bisa
dimulai dengan satu peluru, dalam penyelesaiannya tidak semudah itu.
“Setelah perang yang
dipaksakan kepada negara kami, hingga saat ini zionis telah menyerang komandan
militer dan tokoh senior kami. Bahkan pada hari pertama, lebih dari 20 pejabat,
ilmuwan, hingga anak-anak dan ibu-ibu telah menjadi korban,” jelas Boroujerdi.
Selanjutnya, Ia
menegaskan bahwa Iran bukan negara agresor, namun akan selalu melakukan
pembelaan diri terhadap segala bentuk serangan. Iran juga menghimbau masyarakat
global agar tidak gampang terpecah dengan segala bentuk perpecahan terutama
melalui narasi media yang dilancarkan oleh pihak Israel.
“Rezim Zionis melalui
narasi media mencoba membenarkan serangan-serangannya. Mereka mengatakan
menyerang Hamas, bukan Palestina. Menyerang Suriah, bukan pemerintahnya.
Menyerang pemimpin Iran, bukan negaranya. Semua ini adalah skenario pecah-belah
yang harus kita sadari,” tegasnya.
Sementara Yayah
Khisbiyah Sekretaris LHKI PP Muhammadiyah menekankan pentingnya perkuat
kerjasama yang lebih substantif dan bermanfaat di ranah budaya dan akademik.
Menurutnya, model
kerjasama ini bisa menjadi strategi “counter-narrative” terhadap berbagai
stereotip yang berkembang, termasuk tentang negara Iran.
“Ada sebagian
masyarakat Indonesia yang masih menganggap Iran sebagai negara yang sangat
fundamental. Maka perlu pendekatan budaya dan akademik yang paralel dan
simultan untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih objektif,” ujar Yayah.
Selanjutnya, Yayah
juga turut menyampaikan apresiasinya terhadap Kunjungan kelas tinggi dari
negara Iran atas kampus Muslim di Indonesia yang telah berjalan. Dalam hal
tersebut, Yayah berharap agar berbagai pertemuan tersebut dapat terus
dilanjutkan dan ditingkatkan, (Muhammadiyah Or Id)